Descrizione
Dalam diskusi riwayat "Repatriasi Benda Monumental Situs Judi Slot dari Negeri Penjajah" live oleh aliran Youtube dan Facebook Historia, Rabu, 5 Agustus 2020, sejarawan. Peter Carey menyebutkan ada empat macam balutan yang dijarah Inggris dari Keraton Yogyakarta.
Macam pertama artinya manuskrip atau naskah-naskah kuno dari keraton. Ada 45 naskah yang diambil oleh Thomas Stamford Raffles. Ini dijumpai dari surat sekretaris ke agen bola terpercaya Raffles yang menyebutkan naskah-naskah ini.Macam ke-2 adalah uang emas dan uang perak sebesar 800.000 dolar Spanyol. Uang ini diambil untuk bayar sokongan atau hadiah uang untuk perwira-perwira yang tidak meninggal dalam perang.
"Setengah, 400.000 pohon (ke perwira-perwira) dan 400 ribu dikirim ke Benggala (India) untuk bayar sokongan dari prajurit serta perwira yang punyai keluarga," kata Peter Carey. Pertempuran ke Keraton Yogyakarta itu, Inggris mengeluarkan sekitar seribu prajurit yang sejumlah Slot mesin terpercaya pasukan besar Sepehi dari India.Peter Carey menerangkan, 800.000 ribu dolar Spanyol untuk saat itu sama dengan 150. Serta dengan kurs sekarang ini nilai 150.000 poundsterling sama dengan 11,5 juta poundsterling.
Macam ke-3 berbagai macam perban budaya dari wayang sampai Deposit Pulsa Tanpa Potongan beberapa bandage berharga payudara yang lain. “Ada perampasan beberapa perban budaya seperti keris. Tetapi keris Kanjeng Kyai Monggang serta Kanjeng Kyai Guntur Madu tidak diambil,” kata Peter Carey.
Macam ke-4 sesudah sukses membobol Benteng Baluwerti yang melingkari keraton, batuan-batuan dari reruntuhannya diangkut ke Pulau Bangka untuk membangaun Benteng Ford Muntok dari Pulau Bangka. "Inggris ambil seluruh batuan-batuan dari Baluwerti yang telah roboh. Mengusungnya ke Pulau Bangka lewat Semarang. Agar mereka dapat membangun Benteng Ford Muntok dari Bangka," kata Peter Carey.
Ke-4 macam jarahan itu diambil dari Inggris dari Keraton Yogyakarta habis Gempar Sepehi 1812. Tidak ada emas 57,000 ton. Saat itu, kemenangan penting Inggris adalah lepasnya Sultan Hamengkubuwono II serta mengasingkannya ke Pulau Pinang (Penang, Malaysia). Inggris selanjutnya mengusung kembali lagi anaknya, tidak lagi selaku pangeran wali tetapi sultan yang resmi, yakni Sultan Hamengkubuwono III.